MRR: Soal Rencana Bangun Stadion di Makassar, Anies akan Datang dan Penuhi Janjinya!

Stadion Mattoaning Makassar setelah dirobohkan dan tak kunjung dibangun kembali.
Stadion Mattoaning Makassar setelah dirobohkan dan tak kunjung dibangun kembali.

Makassar, KabarAMIN.com – Masyarakat Sulawesi Selatan khususnya di Makassar banyak yang berharap siapapun Calon Presiden (Capres) terpilih nanti, bisa membangun stadion bertaraf internasional di daerah ini.

Harapan itu sudah bertahun-tahun lamanya disampaikan masyarakat sejak Stadion Mattoanging dirubuhkan. Meski rencananya akan dibangun kembali, namun hingga saat ini belum juga dapat diwujudkan.

Anies Baswedan termasuk salah satu yang menjanjikan pembangunan fasilitas olahraga tersebut. Anies sendiri mengaku ingin membangun stadion di kota-kota besar, termasuk di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Hal itu kemudian mendapatkan sambutan yang beragam dari berbagai elemen masyarakat.

“Bagus itu, tapi kan butuh pembuktian, jangan sampai hanya janji-jani,” ujar Adam, salah seorang anak muda di Makassar, Rabu, 15 November.

Hal yang sama juga disampaikan Aswan, salah seorang anak muda lainnya.

Ia mengatakan, selama ini akibat stadion tidak ada masayarakat yang mencintai sepak bola, khususnya PSM Makassar, terpaksa harus bepergian jauh ke Kota Parepare hanya untuk menyaksikan sebuah pertandingan.

Bagi Aswan, situasi ini sangat memperihatinkan mengingat Makassar termasuk kota besar dengan sikap masyarakatnya yang begitu antusias terhadap olahraga, khususnya sepak bola.

“Mantap sekali kalau ada calon presiden mau bangun stadion. Tinggal bagaimana supaya itu jangan hanya janji saja, kita pasti dukung,” tuturnya.

Stadion Andi Matalatta atau Mattoanging dulu sebelum dirobohkan.
Potret Stadion Andi Matalatta atau Mattoanging dulu sebelum dirobohkan.

Menanggapi itu, Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies (KoReAn), Muhammad Ramli Rahim (MRR) mengajak masyarakat yang sangat berharap pembangunan stadion di Makassar untuk memilih pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).

Menurut dia, Capres dan Cawapres nomor urut satu itu telah berkomitmen untuk membangun stadion di Kota Makassar. Hal itu, kata MRR, karena Anies sendiri adalah sosok yang begitu peduli terhadap dunia olahraga.

Ditegaskannya, Anies telah membuktikan itu ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta, dimana stadion termegah yakni Jakarta Internasional Stadium (JIS) berhasil dibangun dan mendapat apresiasi dunia internasional.

“Anies memang sudah berkomitmen membangun stadion, bahkan di tahun anggaran pertama jika dirinya menjabat presiden. Jadi ayo sama-sama kita pilih AMIN pada Pilpres nanti,” ajak MRR.

Diketahui Anies Baswedan dijadwalkan akan berkunjung ke Makassar dalam waktu dekat.

“Insya Allah 18 November 2023, Anies akan datang ke Makassar, salah satunya untuk menjawab keraguan masyarakat soal janji membangun stadion berkelas dunia di Kota Daeng,” serunya.

Sejarah Stadion Mattoanging

Dikutip dari laman CelebesMedia.id, Stadion Mattoangin yang dulu dikelola Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS) awalnya dibangun oleh 600 anggota TNI dalam jangka waktu enam bulan.

Stadion tersebut diberi nama Stadion Gelora Andi Mattalatta. Stadion yang sebelumnya bernama Stadion Mattoanging itu berada di tengah kota Makassar, jalan Mappanyukki, kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso.

Stadion yang dibangun pada 17 April – 17 September 1957 merupakan homebase Tim Juku Eja untuk menggelar pertandingan di kompetisi nasional maupun internasional, dan mampu menampung belasan ribu penonton.

Wakil Ketua YOSS, DR H Baharuddin M yang juga seorang pelaku sejarah Stadion Andi Mattalatta mengatakan bahwa sebelum dibangunnya stadion itu, wilayah tersebut merupakan lahan peternakan sapi untuk menghasilkan susu perah. Sapi didatangkan dari Belgia beserta peternaknya di masa penjajahan Belanda.

Aktifitas peternakan berhenti setelah penjajah Jepang memasuki ke Indonesia. Peternak Belgia kembali ke negaranya, dan sapi ternak tersebut dikomsumsi oleh penjajah Jepang.

Setelahnya, laskar-laskar pejuang memberontak saat lahan tersebut diduduki oleh kompeni Jepang. Tak butuh waktu lama untuk mengusir para penjajah Jepang dari wilayah itu.

Akhirnya, lahan tersebut diduduki oleh laskar pejuang yang tergabung dari berbagai daerah di Sulsel, yakni Jeneponto, Takalar, Gowa dan beberapa daerah lainnya.

Pada tahun 1955, lanjut Baharuddin, Olimpiade Olahraga Indonesia (OLI) akan dihelat, dan beberapa daerah menolak untuk menjadi tuan rumah kala itu, seperti Medan dan Surabaya karena alasan tidak mempunyai tempat untuk menggelar pertandingan.

Kebetulan, kata Baharuddin, OLI ditangani oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), termasuk Mayjen (Purn) H. Andi Mattalatta sebagai pengurus.

Karena mengemban budaya Bugis Makassar (Siri’ na Pacce), Andi Mattalatta tanpa berpikir panjang meminta kepada Presiden Soekarno agar perhelatan OLI dilaksanakan di Sulsel.

Padahal, jika ingin melakukan perhelatan OLI ada ketentuan dan syarat utama yang harus terpenuhi, yaitu harus memiliki stadion, kolam renang dan gedung olahraga. Tapi, semua kategori tersebut belum dimiliki Pemerintah Provinsi Sulsel saat itu.

Meski demikian, dengan kepiawaian sang Jenderal dalam berfikir, dia langsung memilih lahan di jalan Mappanyukki. Akan tetapi, keputusan itu sempat ditentang oleh laskar pejuang yang menduduki daerah tersebut.

Mendengar kabar penentangan, Andi Mattalatta langsung meninjau lokasi. Setelah bertemu para laskar pejuang yang menduduki wilayah itu dan menjelaskan intisari permasalahan, laskar pejuang langsung berujar “Ikatte karaeng, Pammoporang nga, ka ikatteji kupilangeri”, kenang Baharuddin meniru ucapan laskar pejuang saat bertemu dengan sang Jenderal.

Setelah negosiasi dilakukan, para laskar siap dipindahkan ke jalan Baji Dakka dengan menggunakan 60 truk dan dibangunkan rumah.

Singkatnya, pembangunan gedung olahraga, stadion dan kolam renang mulai dilakukan. Waktu itu Andi Mattalatta mengerahkan 600 anggota TNI Bugis Makassar untuk bekerja siang dan malam.

“Siri na Pacce (karena merasa malu jika ditunjuk oleh pusat menjadi tuan rumah dan tidak mampu menunaikannya, Red),” kata Baharuddin mengenang ucapan sang Jenderal Andi Mattalatta kepada anak buahnya.

Alhasil, dengan semangat itu, tiga gedung berhasil terselesaikan dalam jangka waktu enam bulan.

Baharuddin menjelaskan, bahwa saat membangun Stadion yang dipelopori oleh Jend Andi Mattalatta tidak ada sepeser pun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Sulsel yang ikut menyumbang kala itu.

Stadion dan gedung olahraga yang diresmikan oleh Presiden RI Soekarno pada tahun 1958 itu, pembangunannya menggunakan dana pribadi Jenderal Andi Mattalatta tanpa bantuan dari pemerintah.**

Kabar Terkait